Oleh: Abu Utsman Ash-Shabuni
Ahlus Sunnah
juga bersaksi dan berkeyakinan bahwa sahabat Rasulullah yang paling utama
adalah: Abu Bakar, kemudian Umar, Kemudian Utsman, Kemudian Ali. Mereka
adalah para khalifah yang mendapat petunjuk, yang kekhalifahan mereka
diberitakan oleh Nabi shallallahu'alaihi wa sallam dengan sabdanya: "Kekhalifan sesudahku berlangsung
selama tiga puluh tahun" [Kemudian beliau menambahkan: Abu Bakar memegang pemerintahan selama 2
tahun, Umar 10 tahun, Utsman 12 tahun dan Ali 6 tahun]. 1
Setelah masa pemerintahan mereka, urusan dikuasai oleh
penguasa-penguasa yang jahat sebagaimana diberitakan oleh Rasulullah
shallallahu'alaihi wa sallam. 2
Ash-habul Hadits menetapkan kekhalifahan Abu Bakar
radhiallahu 'anhu setelah kematian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdasarkan
pemilihan, kesepakatan dan pendapat mereka yang kompak.
Mereka menyatakan: "Kalau Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam telah meridhai Abu Bakar untuk urusan agama maka kami ridha
kalau Abu Bakar mengurusi permasalahan dunia bagi kami" [Yakni Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam mengambil pengganti untuk mengimami manusia dalam
shalat fardhu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sakit dan ini
merupakan urusan agama, maka kami ridha Abu Bakar sebagai pengganti Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dalam urusan dunia kami].
Kemudian Kekhalifahan Umar bin Khatab dengan dipilih oleh
Abu Bakar yang kemudian disepakati oleh para Sahabat yang lain. Dan dengan
kekhalifahannya itu Allah merealisasikan janji-Nya untuk meninggikan dan
mengagungkan syi'ar Islam. Kemudian Kekhalifahan Utsman bin Affan
melalui ijma' majelis syura dan ijma para sahabat secara keseluruhan.
Kemudian kekhalifahan 'Ali dengan dibaiat oleh para
sahabat, setelah melihat bahwa 'Ali adalah yang paling berhak dan paling mulia
pada masa itu untuk memegang kekhalifahan dan tidak membolehkan tindakan
menentang dan menyelisihi pemerintahan
beliau.
Mereka adalah empat Khulafa' ar-Rasyidin yang dengannya
Allah memenangkan agama-Nya, mengalahkan orang-orang kafir, dan kedudukan Islam
menjadi kokoh. Allah berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ
مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً
"Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman diantara kamu dan beramal shalih bahwa Dia sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di Bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama
yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.."(An-Nuur:55)
Allah juga berfirman:
وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ
رُحَمَاء بَيْنَهُمْ
"...dan orang-orang yang bersama dia
(Rasulullah) adalah keras terhadap orang kafir tetapi berkasih sayang sesama
mereka.."
sampai kepada firman-Nya:
كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ
فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ
"..yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia
dan tegak lurus diatas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati para penanamnya
karena Allah hendak membuat jengkel hati orang-orang kafir..."(Al-Fath:29)
Maka siapa yang mencintai mereka, berwala' kepada mereka,
mendoakan dan memelihara hak mereka serta mengakui keutamaan mereka, maka ia termasuk
orang-orang yang menang. Sebaliknya, siapa yang membenci dan mencaci mereka,
menuduh kepada mereka seperti yang dituduhkan oleh orang-orang Rafidhah (syiah
imamiah) dan khawarij -semoga Allah melaknat mereka-, maka ia termasuk
orang-orang yang binasa.
Keterangan:
1 Diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi dan lainnya, dihasankan oleh Ibnu
Abi 'Ashim.
2
Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dengan sanad hasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar dan kunjungannya.
Jangan lupa untuk berkunjung lagi pada kesempatan yang lain.