Keadaan Alam Kabupaten Pacitan


1.    Keadaan Geografis dan Administrasi
Kabupaten Pacitan terletak di sebelah Barat Daya Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pacitan terletak antara 7,55o – 8,17o Lintang Selatan dan 110,55o – 111,25o Bujur Timur. Kabupaten Pacitan terdiri dari 12 kecamatan, 166 desa dan 5 kelurahan.  Lima kelurahan secara keseluruhan berada di Kecamatan Pacitan. Secara administrasi batas Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:
a.         Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur) dan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah)
b.        Sebelah Timur : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)
c.         Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
d.        Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah).
Luas Kabupaten Pacitan seluruhnya 1.389,8716 Km2 yang sebagian besar berupa bukit, gunung, jurang terjal dan termasuk ke dalam deretan Pegunungan Seribu yang membujur sepanjang Pulau Jawa. Gunung yang tertinggi adalah Gunung Limo yang terletak di Kecamatan Kebonagung dan Gunung Gembes di Kecamatan Bandar yang merupakan mata air Sungai Grindulu.

Peta Wilayah Kabupaten Pacitan

2.    Topografi
Kabupaten Pacitan memiliki topografi yang beragam mulai dari wilayah datar, berombak, bergelombang, sampai berbukit dan bergunung. Wilayah datar di Kabupaten Pacitan mempunyai proporsi paling kecil yaitu hanya 4% atau seluas 55,59 km2. Sedangkan proporsi terbesar adalah wilayah berbukit yaitu 52% atau seluas 722,73 km2. Kondisi topografi yang beragam ini berpengaruh terhadap pola tanam dan jenis komoditi pertanian yang diusahakan. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.
Topografi Wilayah Kabupaten Pacitan Tahun 2008
No.
Topografi
Kelas Kelerengan (%)
Luas (km2)
Proporsi (%)
1.
Datar
0 s/d 5
55,59
4
2.
Berombak
6–10
138,99
10
3.
Bergelombang
11–30
333,57
24
4.
Berbukit
31–50
722,73
52
5.
Bergunung
di atas 50
138,99
10
Jumlah

1.389,87
100





Sumber : BPS Kabupaten Pacitan, 2008
Kabupaten Pacitan terletak antara 0–964 m dpl. Ketinggian tempat setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Pacitan penyebarannya tidak sama. Ketinggian tempat tiap kecamatan di Kabupaten Pacitan Tahun 2008 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.
Ketinggian Tempat Tiap Kecamatan di Kabupaten Pacitan Tahun 2008
No.
Kecamatan
Ketinggian Tempat (m dpl)
1.
Pacitan
0-7
2.
Kebonagung
0-7
3.
Sudimoro
9
4.
Ngadirojo
10
5.
Arjosari
26
6.
Tegalombo
194
7.
Punung
229
8.
Tulakan
334
9.
Donorojo
338
10.
Pringkuku
357
11.
Nawangan
668
12.
Bandar
964
Sumber : BPS Kabupaten Pacitan, 2008
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa ketinggian tempat di Kabupaten Pacitan berbeda-beda. Kecamatan yang mempunyai letak paling tinggi adalah Kecamatan Bandar yaitu setinggi 964 m di atas permukaan laut, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Pacitan dan Kebonagung dengan ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut. Perbedaan tinggi tempat di Kabupaten Pacitan akan mempengaruhi karakteristik komoditi pertanian yang ditanam mulai dari tanaman dataran rendah sampai tanaman dataran tinggi. 

3.    Kondisi Lahan dan Jenis Tanah
Kabupaten Pacitan mempunyai kondisi lahan yang kurang subur. Hal ini dapat dilihat dari adanya lahan kritis. Tabel 3 memperlihatkan kondisi lahan kritis berdasarkan tingkat kekritisannya di Kabupaten Pacitan pada Tahun 2008.

Tabel 3.
Kondisi Lahan Kritis Berdasarkan Tingkat Kekritisannya di Kabupaten Pacitan Tahun 2008
No.
Tingkat Kekritisan
Luas Wilayah (Ha)
Persentase
1.
Tidak kritis
113.022,16
81,32
2.
Kritis
25.965,00
18,68

a. Agak kritis
1.034,65
0,74

b. Kritis
4.536,75
3,26

c. Sangat kritis
13.948,95
10,04

d. Potensial kritis
6.444,65
4,64

Jumlah
138.987,16
100,00





Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan, 2009
Tabel 3 menunjukkan bahwa luas lahan yang tidak kritis sebesar  81,32 %, sedangkan sisanya 18,68 % atau hampir seperlima dari luas wilayah Kabupaten Pacitan termasuk dalam kategori lahan kritis (dari agak kritis sampai potensial kritis). Lahan kritis ini termasuk ke dalam areal produksi yaitu pada hutan rakyat. Luasnya lahan kritis di Kabupaten Pacitan merupakan salah satu hambatan bagi pengembangan sektor pertanian khususnya sub sektor kehutanan, sehingga sulit untuk dapat meningkatkan produksi setiap komoditi dari sub sektor kehutanan tersebut.
Keadaan daerah Kabupaten Pacitan di bagian selatan pada umumnya berupa batu kapur, sedangkan belahan utara berupa tanah. Luas dari setiap jenis tanah di Kabupaten Pacitan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis Tanah dan Luas Tanah Kabupaten Pacitan Tahun 1998
No.
Jenis Tanah
Luas
Ha
Persentase
1.
Aluvial kelabu endapan liat daratan
7.143,344
4,94
2.
Asosiasi litosol dan mediteran merah
48.587,497
33,64
3.
Kompleks latosol coklat kemerahan dan litosol
58.295,477
40,36
4.
Litosol campuran batuan endapan tuf dan batuan vulkan
30.419,585
21,06

Jumlah
144.445,903
100,00
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pacitan dan CV. Anindya Cita Selaras, 2007
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa jenis tanah di Kabupaten Pacitan yang paling luas adalah kompleks latosol coklat kemerahan dan litosol dengan luas 58.295,477 Ha atau 40,36 %. Jenis tanah di Kabupaten Pacitan yang paling sempit adalah aluvial kelabu endapan liat daratan dengan luas 7.143,344 Ha atau 4,94 %.
BPS Kabupaten Pacitan (2008) menambahkan, untuk kompleks latosol coklat kemerahan yang mengandung potensi bahan galian mineral di dalamnya mengandung bahan tambang antara lain: feldspar, ball clay, bentonit, phirophilit, batu bintang (batu kalsit), batu gips, phosphat, batu silical, biji besi, batu bara, dolomit, batu kapur, kalsit, andersi atau pasir besi, kaolin, batu hias, timah hitam, mangaan dan sirtu.
Beragamnya jenis tanah di Kabupaten Pacitan akan menyebabkan komoditi pertanian yang diusahakan berbeda-beda. Menurut Sanchez (1992) tanah aluvial cocok untuk tanaman padi dan nanas, sedangkan menurut Subagjo (1970) tanah aluvial cocok untuk persawahan, peladangan, kebun kelapa, palawija, dan perikanan. Menurut Sarief (1979) tanah litosol cocok ditanami rerumputan untuk ternak, tegalan dengan palawija atau dengan tanaman keras, sedangkan tanah mediteran merah cocok untuk persawahan (padi) baik yang tadah hujan atau pengairan, perkebunan, buah-buahan, tegalan, dan padang rumput.

4.    Pemanfaatan Lahan
Kabupaten Pacitan berdasarkan atas pemanfaatan lahan terdiri dari lahan sawah seluas 13.014 Ha dan lahan kering seluas 1.259,72 Ha. Luas lahan sawah menurut jenis irigasi di Kabupaten Pacitan pada Tahun 2007 disajikan pada Tabel 5, sedangkan luas lahan kering menurut jenis penggunaan di Kabupaten Pacitan pada Tahun 2007 disajikan pada Tabel 6.

 Tabel 5.
Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Irigasi di Kabupaten Pacitan Tahun 2007
No.
Jenis Irigasi
Luas (Ha)
Persentase
1.
Teknis
864
6,64
2.
Setengah Teknis
2.130
16,37
3.
Sederhana
3.313
25,46
4.
Tadah Hujan
6.707
51,53
Jumlah
13.014
100,00





Sumber : BPS Kabupaten Pacitan, 2008
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa luas lahan sawah dengan persentase terbesar menggunakan jenis irigasi tadah hujan (51,53%), kemudian irigasi sederhana (25,46%), irigasi setengah teknis (16,37%) dan persentase yang terkecil menggunakan jenis irigasi teknis (6,64%). Hal ini menunjukkan bahwa irigasi di Kabupaten Pacitan masih belum bagus dan teratur karena sebagian besar pengairan sawah hanya menunggu dari turunnya air hujan. Sistem irigasi seperti ini jelas menjadi hambatan bagi pengembangan sektor pertanian di mana sektor pertanian selalu membutuhkan pengairan yang teratur agar dapat meningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah perlu membangun sistem irigasi teknis yang lebih baik agar produktivitas sektor pertanian dapat meningkat.

Tabel 6.
Luas Lahan Kering Menurut Jenis Penggunaan di Kabupaten Pacitan Tahun 2007
No.
Jenis Penggunaan Lahan Kering
Luas (Ha)
Persentase
1.
Bangunan
3.153,33
2,50
2.
Tegal/Huma
29.890,58
23,73
3.
Tanaman Kayu-Kayuan
45.213,78
35,89
4.
Hutan Rakyat/Kebun
34.968,97
27,76
5.
Hutan Negara
1.214,25
0,96
6.
Lainnya
11.530,99
9,16
Jumlah
125.971,90
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Pacitan, 2008
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa luas lahan kering dengan persentase terbesar digunakan untuk tanaman kayu-kayuan (35,89%), kemudian untuk hutan rakyat/kebun (27,76%), tegal/huma (23,73%), lainnya (9,16%), bangunan (2,50%), dan persentase yang terkecil digunakan untuk hutan negara (0,96%). Penggunaan lahan kering di Kabupaten Pacitan lebih banyak dimanfaatkan untuk sektor pertanian khususnya sub sektor kehutanan dan sub sektor perkebunan.

5.    Iklim
Kabupaten Pacitan beriklim tropis, mempunyai dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Rata-rata suhu udara di Kabupaten Pacitan berkisar antara 22°–30° C dengan kelembaban antara 66-94%. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson Kabupaten Pacitan digolongan pada tipe iklim C2 dengan 7 bulan basah dan 5 bulan kering.
Banyaknya curah hujan di Kabupaten Pacitan menyebar tidak merata setiap bulan. Untuk mengetahui banyaknya curah hujan per bulan di Kabupaten Pacitan pada Tahun 2007 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Banyaknya Curah Hujan Tiap Bulan di Kabupaten Pacitan Tahun 2007
No.
Bulan
Curah Hujan (mm3)
1.
Januari
127
2.
Februari
396
3.
Maret
320
4.
April
291
5.
Mei
136
6.
Juni
68
7.
Juli
1
8.
Agustus
0
9.
September
1
10.
Oktober
103
11.
November
273
12.
Desember
581
Rata-Rata
191,4167
Sumber : BPS Kabupaten Pacitan, 2008
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah curah hujan per bulan paling banyak terjadi pada Bulan Desember yaitu sebesar 581 mm3, sedangkan curah hujan paling sedikit terjadi pada Bulan Agustus  yaitu sebesar 0 mm3. Rata-rata jumlah curah hujan per bulan pada tahun 2007 sebesar  191,4167 mm3. Banyak sedikitnya curah hujan ini akan sangat mempengaruhi bagi pengembangan sektor pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Pacitan, 2008. Kabupaten Pacitan dalam Angka 2008. Pacitan.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan, 2009. Profil Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan. Pacitan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pacitan dan CV. Anindya Cita Selaras, 2007. Peta Revisi Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan Tahun 1998/1999-2008/2009. Pacitan.
Sanchez, P. A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung.
Sarief, S., 1979. Ilmu Tanah Umum. Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran. Bandung.
Subagjo, 1970. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid II. PT Soeroengan. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar dan kunjungannya.
Jangan lupa untuk berkunjung lagi pada kesempatan yang lain.