Beberapa Penyakit yang Sering Muncul Akibat Perubahan Iklim Serta Cara Murah dan Efektif Untuk Mengobatinya


Oleh: Indro Susanto

Saat musim hujan tiba, curah hujan yang tinggi menyebabkan sawah para petani terendam banjir sehingga tanaman padi membusuk. Sebaliknya, pada musim kemarau sawah mereka mengalami kekeringan dan akhirnya tanaman padi menjadi puso. Akibatnya para petani gagal panen dan menderita banyak kerugian. Nasib yang kurang beruntung juga dialami oleh para nelayan. Mereka sering tidak jadi melaut karena adanya gelombang tinggi akibat badai atau cuaca yang ekstrim. Padahal sebagian besar dari nelayan hanya mengandalkan pendapatannya dari hasil melaut saja. Begitu pula dengan masyarakat yang tinggal di sekitar lereng perbukitan yang rumahnya sering diancam oleh adanya bencana tanah longsor sehingga mereka bisa kehilangan tempat tinggal dan bahkan kehilangan anggota keluarganya.
Ujian yang menimpa masyarakat miskin ternyata masih belum berhenti sampai di sini. Mereka masih dihadapkan pada munculnya berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh adanya perubahan iklim dan pemanasan global. Mulai dari penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare, demam berdarah dengue (DBD), batu ginjal, dan lain-lain. Tingginya biaya pengobatan membuat masyarakat miskin tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara layak.
Hal inilah yang melatarbelakangi saya untuk berbagi sedikit informasi mengenai penyakit-penyakit apa saja yang semakin merebak akibat adanya perubahan iklim serta pengobatan yang murah dan efektif untuk mengatasinya. Saya akan membagikan pengalaman saya dan hasil penelitian dari para ilmuwan dalam menangani berbagai penyakit tersebut. Tujuan saya adalah agar masyarakat, terutama masyarakat miskin atau kurang mampu dapat beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang ditimbulkan akibat adanya perubahan iklim serta cara murah dan efektif untuk mengobatinya.
1.     Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Penyakit yang paling sering menimpa masyarakat akibat adanya perubahan iklim adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Penyakit ISPA terdiri dari infeksi saluran pernafasan bagian atas dan infeksi saluran pernafasan bagian bawah.  Penyakit ISPA yang banyak dialami masyarakat adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas berupa flu, batuk, pilek, ataupun radang tenggorokan. Hampir setiap manusia pernah terserang penyakit ini. Penyakit ISPA ini bisa disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun polusi udara.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit ISPA di Indonesia sepanjang 2007 sampai 2011 mengalami tren kenaikan. Pada 2007 jumlah kasus ISPA berkategori batuk bukan Pneumonia sebanyak 7.281.411 kasus dan 765.333 kasus Pneumonia, kemudian pada 2011 mencapai 18.790.481 kasus batuk bukan Pneumonia dan 756.577 kasus Pneumonia.
Dewasa ini memang sering terjadi perubahan suhu yang sangat tajam. Saat siang hari cuaca terasa sangat panas, tetapi pada malam harinya bisa terasa sangat dingin. Hal ini berpengaruh terhadap kondisi tubuh manusia. Sering terjadinya perubahan suhu yang sangat tajam ini menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia. Akhirnya mereka mudah sekali terserang penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus seperti flu, batuk, pilek, atau radang tenggorokan.
Penyakit flu, batuk, pilek, dan radang tenggorokan ini memang paling kerap sekali dirasakan oleh masyarakat, tidak terkecuali penulis. Saya sudah menjadi langganan terkena penyakit-penyakit ini apabila sistem imun atau kekebalan tubuh saya menurun akibat perubahan suhu yang drastis. Resep saya menangani penyakit ini cukup mudah dan murah karena tidak memerlukan biaya yang mahal. Obat yang saya konsumsi adalah buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Jeruk nipis ini saya peras untuk diambil airnya, ditambah dengan madu, kecap, atau gula untuk menetralkan asam lalu diminum 2-3 kali sehari.

Gambar Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

Menurut Rasmaliah seorang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara, bahwa pengobatan yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA adalah dengan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional berupa jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari. Yoseph Arif Putra dan kawan-kawan, mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Kristen Marantha, pernah meneliti tentang aktivitas antimikroba air perasan dan ekstrak etanol buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap beberapa bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata zona hambat ekstrak etanol buah jeruk nipis terhadap Streptococcus pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, Corynebacterium diphtheriae, dan Staphylococcus aureus menunjukkan hasil sensitif.
Jeruk memang terkenal kaya dengan vitamin C. Vitamin C ini termasuk antioksidan yang berguna melawan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh yang dapat berupa zat polutan, virus, maupun bakteri. Minum air jeruk nipis yang banyak mengandung vitamin C sebagai obat penyakit ISPA ini tergolong efektif dan murah sehingga bisa dijangkau oleh masyarakat miskin atau kurang mampu.
2.     Diare
Salah satu penyakit yang meningkat pada saat terjadinya perubahan iklim adalah penyakit diare yang penyebab utamanya disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Karena adanya perubahan iklim, curah hujan yang tinggi berpotensi dapat meningkatkan banjir. Saat banjir, sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal akan ikut tercemar. Selain itu, ketika banjir biasanya masyarakat yang rumahnya terendam banjir akan melakukan pengungsian. Padahal fasilitas dan sarana yang terdapat di pengungsian masih serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. Itu semua dapat menjadi faktor pemicu semakin meningkatnya penyakit diare disertai penularan yang cepat.
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Kementerian Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 menunjukkan bahwa kasus diare di Indonesia terlihat mempunyai kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301 per 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 per 1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411 per 1000 penduduk.
Curah hujan yang tinggi dan banjir yang disebabkan perubahan iklim memang dapat menyebabkan munculnya penyakit diare. Penyakit diare ini disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit. Penyakit diare kadang disertai dengan muntah, badan lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran.
Pada tahun 2004 yang lalu, kala itu saya berumur 17 tahun dan masih duduk di bangku kelas 2 SMA, saya pernah terkena sakit diare. Saya sempat tidak masuk sekolah selama satu minggu. Tentu hal ini menyebabkan saya banyak tertinggal pelajaran di sekolah.
Pada awalnya saya hanya merasakan sakit kepala dan masuk angin. Saya pergi ke dokter dengan diantar oleh ayah pada Minggu sore. Saya disuntik dan diberi obat oleh Pak Dokter. Ketika telah sampai di rumah, hanya selang waktu kurang lebih satu jam saya buang air besar (BAB) dalam bentuk cairan alias mencret. Mulai saat itu saya sering ke belakang untuk BAB. Kondisi ini diperburuk lagi dengan muntah-muntah. Semakin banyak frekuensi saya pergi ke belakang hanya dalam waktu selang beberapa menit saja. Saya juga tidak bisa tidur ketika terkena penyakit ini. Begitu juga ayah saya karena merawat saya.
Pada Selasa pagi saya diantar lagi oleh ayah untuk pergi ke dokter yang sama. Di tempat praktik dokter ternyata juga banyak pasien yang berobat dengan penyakit yang sama dengan yang saya alami. Di sana saya disuntik dan diberi obat lagi. Setelah itu, penyakit diare saya masih belum kunjung sembuh juga, padahal saya telah minum obat yang diberikan oleh dokter. Saya masih sering mencret dan muntah. Sama sekali saya tidak mau makan, hanya minum teh pahit. Badan saya menjadi agak kurus dan lemas karena pemasukan tidak sesuai dengan yang saya keluarkan.
Cukup lama saya diuji dengan sakit diare ini. Bahkan saya ditawari ayah agar dirawat di rumah sakit. Tetapi saya menolak dirawat di rumah sakit dan lebih memilih berobat di rumah saja. Hal ini karena biaya rumah sakit yang mahal dan juga saya agak takut dirawat di situ.
Tiba-tiba saya punya ide untuk minta diberikan kelapa muda (Cocos nucifera) karena mengingat air kelapa mempunyai banyak manfaat seperti mengganti cairan tubuh, menawarkan racun, dan melawan bakteri. Kemudian saya minum satu butir air kelapa muda selama 2 hari, jadi total air kelapa yang saya minum hanya 2 butir saja. Setelah itu, penyakit saya berangsur-angsur sembuh. Yang mulanya sering BAB cair dan muntah menjadi berhenti. Nafsu makan menjadi muncul kembali. Setelah satu minggu terkena sakit diare akhirnya bisa kembali ke sekolah.

Gambar Buah Kelapa (Cocos nucifera)

Pengobatan diare selama ini biasa menggunakan oralit. Oralit sebagai larutan rehidrasi oral yang direkomendasikan oleh WHO mengandung zat natrium klorida 2,6 g/L, glukosa 13,5 g/L, kalium klorida 1,5 g/L, dan trisodium sitrat 2,9 g/L. Air kelapa muda sangat baik digunakan sebagai minuman pengganti oralit bagi penderita diare. Air kelapa mempunyai kandungan gula dan mineral yang lengkap (kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, fosfor, dan sulfur), sehingga mempunyai potensi yang besar untuk dijadikan sebagai minuman isotonik yaitu minuman yang memiliki keseimbangan elektrolit seperti cairan dalam tubuh manusia. Harganya pun terbilang murah sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat miskin yang tidak mampu berobat ke dokter atau rumah sakit yang biayanya sangat mahal.
3.     Demam Berdarah Dengue (DBD)
Perubahan iklim yang ditandai dengan meningkatnya intensitas curah hujan dan suhu udara dapat meningkatkan jumlah kasus penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Salah satu penyakit yang meningkat tersebut adalah penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan laporan Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), bahwa angka insidens demam berdarah dengue yang terjadi di Indonesia tahun 2003 sebesar 23,57 per 100.000 penduduk, naik menjadi 37,11 per 100.000 penduduk pada tahun 2004, dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 71,78 per 100.000 penduduk.
Curah hujan tinggi yang tidak diimbangi dengan adanya sistem drainase yang baik maka akan menyebabkan terbentuknya genangan-genangan air yang sangat cocok sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Peningkatan suhu udara juga dapat mempengaruhi perkembangan nyamuk Aedes aegypti dengan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan dari fase telur menjadi nyamuk dewasa. Pada suhu 26 derajat Celcius dibutuhkan waktu 25 hari untuk virus dari saat pertama nyamuk terinfeksi virus sampai dengan virus dengue berada dalam kelenjar liurnya dan siap untuk disebarkan kepada calon penderita demam berdarah. Sebaliknya, pada suhu 30 derajat Celcius hanya dibutuhkan waktu yang sangat singkat yaitu 10 hari. Kondisi iklim yang panas dan lembab saat musim hujan dapat memperpanjang umur nyamuk Aedes aegypti.
Pada saat musim hujan tiba, begitu banyak orang yang terserang oleh penyakit demam berdarah. Akhirnya tidak sedikit dari mereka yang dilarikan ke rumah sakit. Sayangnya, para pasien demam berdarah ini sebagian besar berasal dari keluarga miskin atau kurang mampu. Hal ini disebabkan lingkungan sekitar tempat tinggal yang kotor karena mereka kurang memperhatikan kebersihan lingkungan.
Obat penyakit demam berdarah ternyata cukup banyak di sekitar kita. Buah kurma (Phoenix dactylifera) dan air rebusan daun ubi jalar (Ipomoea batatas) telah banyak dirasakan efeknya oleh para penderita penyakit ini. Kedua jenis obat ini telah terbukti dapat meningkatkan kandungan trombosit dalam darah penderita penyakit demam berdarah.

Gambar Buah Kurma (Phoenix dactylifera)

Beberapa penelitian tentang penggunaan buah kurma untuk meningkatkan trombosit darah pernah dilakukan di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Ade Yuvita dari Universitas Kristen Maranatha pada tahun 2009 menunjukkan adanya pengaruh efektif dari ekstrak etanol kurma terhadap peningkatan trombosit darah pada tikus. Penelitian lain dilakukan oleh Ayudya Oktaviani Putri seorang mahasiswa Keperawatan dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran di Jakarta. Pada tahun 2011, Ayudya meneliti tentang pengaruh pemberian sari kurma terhadap kenaikan trombosit darah pada 20 pasien demam berdarah di Rumah Sakit Hosana Medica Bekasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 18 pasien naik trombositnya setelah mengkonsumsi sari kurma.

Gambar Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

Selain buah kurma, obat yang digunakan untuk penyakit demam berdarah adalah daun ubi jalar. Daun ubi jalar di Negara Filipina secara turun-temurun telah digunakan untuk mengobati penyakit demam berdarah. Berdasarkan hasil penelitian Eva Candra Susanti Binti Suhali seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran dari Universitas Airlangga, menunjukkan bahwa rebusan air daun ubi jalar meningkatkan jumlah trombosit tikus dari jumlah normal. Menurut dr. Arijanto Djonosewodjo SpPD, ahli penyakit dalam dan herbalis di RSUD Dokter Sutomo, Surabaya, bahwa kandungan polifenol dalam daun ubi jalar berperan sebagai antioksidan untuk memperbaiki sistem imun atau kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh yang terdongkrak mampu melawan virus yang menyerang tubuh.
Buah kurma dan daun ubi jalar cukup mudah diperoleh di sekitar kita. Harganya pun bisa dijangkau oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Oleh karena itu, masyarakat miskin tidak perlu khawatir lagi jika terkena serangan penyakit demam berdarah dengue.
4.     Batu Ginjal
Meningkatnya kasus batu ginjal berjalan seiring dengan adanya pemanasan global seperti temuan terbaru dari peneliti Asosiasi Urologi Amerika (AUA). Tom Brikowski, seorang profesor ahli Hidrologi di Universitas Texas di Dallas mengatakan bahwa peristiwa ini terlihat lebih jelas di Amerika. Cuaca yang memanas akan meningkatkan jumlah penderita batu ginjal, terutama mereka yang tinggal di bagian selatan Amerika.
Lalu apa korelasi atau hubungan antara penyakit batu ginjal dengan pemanasan global? Pemanasan suhu bumi dapat menyebabkan manusia mengalami dehidrasi. Jika tidak diimbangi dengan banyaknya mengkonsumsi air putih, maka penyaringan darah di dalam ginjal menjadi kurang lancar. Zat padat yang terdapat dalam darah akan mengendap di dalam ginjal sehingga dapat membentuk batu ginjal.
Mahalnya biaya pengobatan batu ginjal ini menjadi masalah yang cukup serius dialami oleh masyarakat miskin di tengah adanya perubahan iklim bumi sekarang ini. Oleh sebab itu, masyarakat perlu mengetahui obat yang murah dan mudah diperoleh untuk penyakit tersebut tetapi cukup efektif dalam mengatasinya. Ayah saya dan saya sendiri pernah mengalaminya.
Dulu ayah sering merasakan keluhan sakit di pinggangnya. Lalu ayah memeriksakan diri ke dokter di Wonogiri. Setelah dilakukan pemeriksaan, ayah terbukti menderita penyakit batu ginjal. Bolak-balik ayah pergi berobat dari Pacitan ke Wonogiri sehingga mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Setelah berkali-kali berobat, akhirnya penyakit batu ginjal ayah saya semakin membaik dan jarang merasakan lagi sakit di bagian pinggang untuk sementara.
Selang beberapa lama, ayah kadang merasakan keluhan lagi di pinggangnya. Teringat pernah membaca sebuah tulisan di majalah, maka saya membeli buah jeruk nipis (Citrus aurantiifolia) di pasar. Ayah sering saya buatkan minuman jeruk nipis dengan menggunakan air hangat ditambah dengan gula merah. Alhasil, kondisi ayah menjadi membaik kembali dan jarang merasakan sakit di bagian pinggang.
Keluhan sakit di bagian pinggang juga pernah saya alami. Hal ini maklum karena air putih yang saya minum tergolong sedikit. Saat itu, di pagi hari sesudah bangun tidur pinggang terasa sangat sakit sehingga tubuh susah untuk diajak berdiri. Pada siang hari, saya berinisiatif untuk membeli buah jeruk manis (Citrus sinensis) di dekat tempat tinggal saya, walaupun jeruk manis ini kandungan sitratnya tidak sebesar jeruk nipis. Setelah saya mengkonsumsi buah jeruk manis ini, keluhan sakit pinggang saya mulai berangsur-angsur sembuh. Setelah tubuh mulai membaik, saya memutuskan untuk membeli jeruk nipis untuk saya konsumsi.
Sakit pinggang kadang muncul lagi selang beberapa lama. Saya tidak merasa khawatir lagi terhadap penyakit ini karena telah mempunyai resep dan pengalaman sendiri. Minum perasan air jeruk nipis yang saya campur dengan segelas air dan sedikit gula, telah menjadi resep saya ketika mengalami keluhan sakit di bagian pinggang. Buah jeruk nipis ini saya bilang tergolong murah dan efektif untuk mengobati sakit pinggang yang disebabkan oleh adanya batu ginjal.
Selama ini pengobatan medis dari penyakit batu ginjal menggunakan kalium sitrat yang harganya cukup mahal.  Oleh karena itu, diperlukan suatu obat alternatif yang murah dan efektif agar bisa dijangkau oleh masyarakat golongan menengah ke bawah. Hal inilah yang melatarbelakangi Prof. Dr. Mochammad Sja’bani (Kepala Instalasi Renal RSUP Dr. Sardjito sekaligus Sekretaris Tim Epidemiologi Klinik dan Biostatika Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta) untuk melakukan penelitian.
Hasil penelitian Prof. Dr. Mochammad Sja’bani menunjukkan bahwa orang yang sering mengkonsumsi jeruk nipis jarang terkena penyakit batu ginjal.  Prof. Dr. Mochammad Sja’bani mengungkapkan bahwa buah jeruk nipis mempunyai kandungan sitrat yang tinggi, sedangkan penderita batu ginjal mempunyai kandungan sitrat yang rendah. Sitrat ini mempunyai peranan untuk menguraikan senyawa pembentuk batu ginjal.
Penelitian sebelumnya tentang batu ginjal pernah dilakukan oleh Prof. Dr. Sardjito dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta dengan menggunakan daun tempuyung (Sonchus arvensis L). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa batu ginjal berkurang bobotnya setelah direndam dalam air rebusan daun tempuyung. Memang daun tempuyung ini banyak mengandung kalium yang dapat menguraikan senyawa pembentuk batu ginjal.

Gambar Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L)

Penemuan mengenai pengobatan batu ginjal menggunakan jeruk nipis dan daun tempuyung ini menjadi kabar gembira bagi masyarakat miskin karena mereka tidak mampu berobat dengan biaya yang mahal. Buah jeruk nipis maupun daun tempuyung ini sangat mudah diperoleh. Jeruk nipis bisa kita peroleh di pasar dengan harga yang relatif murah. Sedangkan daun tempuyung biasa tumbuh liar sebagai gulma di pekarangan rumah kita.
Perubahan iklim menimbulkan banyak permasalahan bagi umat manusia. Bagi masyarakat golongan menengah ke atas, dampak buruk dari perubahan iklim ini memang kurang begitu dirasakan. Tetapi bagi masyarakat miskin, perubahan iklim menjadi permasalahan yang sangat serius.
Dampak dari perubahan iklim ini dapat menimbulkan kesenjangan antara masyarakat golongan menengah ke atas dengan masyarakat miskin. Padahal masyarakat golongan menengah ke ataslah yang paling banyak menyumbangkan faktor penyebab dari perubahan iklim tersebut seperti industri, kendaraan bermotor, sampah, dan lain-lain. Sedangkan kenyataannya justru masyarakat miskin yang paling banyak menanggung konsekuensi tersebut. Sebagai contohnya, masyarakat miskin ini tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak ketika mereka tertimpa berbagai penyakit akibat perubahan iklim. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengatasi atau mengurangi penderitaan yang menimpa masyarakat miskin agar mereka dapat beradaptasi di tengah-tengah perubahan iklim.
Organisasi yang selalu berupaya untuk mengurangi penderitaan akibat berbagai bencana yang dialami oleh masyarakat miskin ini salah satunya adalah Oxfam yang didirikan di Oxford Inggris pada tahun 1942. Oxfam adalah konfederasi Internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan. Oxfam mempunyai dedikasi untuk memerangi kemiskinan dan ketidakadilan di seluruh dunia.
Informasi yang saya sampaikan ini mudah-mudahan dapat menjadi solusi dalam mengatasi salah satu dari dampak perubahan iklim yang berupa semakin merebaknya berbagai macam penyakit. Tentu saja mencegah penyakit itu lebih baik daripada mengobati. Selalu memperhatikan kebersihan lingkungan dan pola makan yang sehat dapat memperkecil kemungkinan terkena berbagai penyakit. Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai cara pengobatan yang murah dan efektif ini, diharapkan masyarakat miskin akan dapat beradaptasi dengan baik terhadap dampak buruk dari perubahan iklim. Semoga semua pihak ikut berperan serta dalam membantu mengurangi penderitaan mereka seperti yang dilakukan oleh Oxfam selama bertahun-tahun ini.

2 komentar:

  1. Mohon informasi Referensi Buku tentang penyakit yang ditimbulkan oleh Perubahan IKLIM dapatnya dari mana????Terimakasih

    BalasHapus
  2. #BerobatKePenang #MedicalTourism
    AV-Fistula Surgery (Consultant General & Vascular Surgeon) MYR 3,400.00

    #PenginapanGratis
    #Jemput-AntarGratis

    Visit www.kpjpenang.com

    Kontak Pak Amar 081377104538 atau Pak Iqbal +01126557258 (BBM 58ACFAEC)

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar dan kunjungannya.
Jangan lupa untuk berkunjung lagi pada kesempatan yang lain.