Vera
Farah Bararah -
detikHealth
Jakarta, Pengobatan herbal menjadi
alternatif banyak orang untuk penyembuhan penyakit. Salah satu pengobatan
herbal yang banyak diminati adalah kunyit putih yang bisa digunakan untuk
membantu penyembuhan kanker.
"Kunyit putih bisa membantu proses penyembuhan dari kanker karena mengandung senyawa turunan (derivat) flavonoid dan kurkumin yang bertindak sebagai antioksidan," ujar Dr. Maksum Radji, MBiomed, Apt, Ketua Perhimpunan Penelitian Bahan Alam saat dihubungi detikHealth, Kamis (14/1/2010).
Dr. Maksum menjelaskan khasiat kunyit putih dalam melawan sel kanker masih sebatas penelitian in vitro (laboratorium) dan belum mencapai uji klinis. Namun kunyit putih sudah banyak dipakai sebagai obat alternatif untuk penyakit kanker.
Penelitian secara in vitro dilakukan dengan uji bioaktivasi. Sel kanker dikembangbiakkan dalam laboratorium dan setelah diberikan konsentrasi tertentu dari kunyit putih sel kanker tersebut menjadi mati. Selain itu didapatkan pula bahwa aktivitas kunyit putih dalam mematikan sel kanker lebih baik dibandingkan dengan tanaman Mahkota Dewa.
"Kunyit putih bisa membantu proses penyembuhan dari kanker karena mengandung senyawa turunan (derivat) flavonoid dan kurkumin yang bertindak sebagai antioksidan," ujar Dr. Maksum Radji, MBiomed, Apt, Ketua Perhimpunan Penelitian Bahan Alam saat dihubungi detikHealth, Kamis (14/1/2010).
Dr. Maksum menjelaskan khasiat kunyit putih dalam melawan sel kanker masih sebatas penelitian in vitro (laboratorium) dan belum mencapai uji klinis. Namun kunyit putih sudah banyak dipakai sebagai obat alternatif untuk penyakit kanker.
Penelitian secara in vitro dilakukan dengan uji bioaktivasi. Sel kanker dikembangbiakkan dalam laboratorium dan setelah diberikan konsentrasi tertentu dari kunyit putih sel kanker tersebut menjadi mati. Selain itu didapatkan pula bahwa aktivitas kunyit putih dalam mematikan sel kanker lebih baik dibandingkan dengan tanaman Mahkota Dewa.
Pada tahun lalu sempat dilakukan penelitian terhadap pasien kanker di salah satu RS Kanker di Indonesia, sekitar 30-40 persen pasien kanker diberikan pengobatan herbal dengan kunyit putih yang digabung dengan pengobatan medis seperti kemoterapi atau pengobatan kanker lainnya.
Setelah diberikan terapi gabungan ini, banyak pasien yang menuturkan bahwa dirinya merasakan ada perbaikan pada kondisi kesehatannya. Tahap pengujian ini termasuk dalam testimoni klinis.
"Secara teoritis waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian mengenai obat kanker sekitar 10-15 tahun. Tentunya dengan melewati beberapa tahapan seperti pengujian secara in vitro, uji praklinis, pengujian ke manusia yang sehat, pengujian ke pasien yang sakit dan terakhir diujicobakan ke sentra medis di beberapa negara," ujar dosen dari Farmasi UI ini.
Hambatan paling besar dari penelitian mengenai kanker ini adalah besarnya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian. Selain itu perhitungan dari dosis yang dibutuhkan (pencarian formula) untuk manusia juga bukan hal yang mudah.
Sementara itu, American Institute of Cancer melaporkan kunyit putih bisa digunakan untuk mencegah kanker. Antioksidan yang terkandung dalam kunyit putih bisa memiliki fungsi untuk mencegah asam deoksiribonukleat (DNA) dari kerusakan. Kerusakan gen ini merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya kanker. Selain iu, diketahui juga bahwa senyawa yang terkandung dalam kunyit putih bisa bertindak sebagai obat anti peradangan.
Beberapa penelitian lain pun menyebutkan ada kandungan Ribosome in Activating Protein (R.I.P) dalam kunyit putih. Senyawa ini diduga dapat menghambat penyebaran sel kanker dan mencegah kerusakan sel. Tapi penelitian ini baru menggunakan sel kanker yang dibiakkan dalam laboratorium dan belum diujicobakan ke pasien atau manusia.
Penelitian bahan alam untuk penyembuhan penyakit kanker yang sudah terbukti secara klinis adalah ekstrak dari pohon cemara (pinus Taxus brevifolia) yaitu paclitaxel.
"Bagi pasien kanker yang mau mengonsumsi bahan alam atau menggunakan pengobatan herbal seperti kunyit putih silakan saja, baik yang sudah dalam bentuk bubuk atau bikin sendiri. Tapi sebaiknya tetap dibawah pengawasan dokter mengenai dosisnya," ujar dosen ahli mikrobiologi dan biologi molekuler.
(ver/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar dan kunjungannya.
Jangan lupa untuk berkunjung lagi pada kesempatan yang lain.