Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza) adalah tumbuhan obat yang tergolong dalam suku
temu-temuan (Zingiberaceae). Ia berasal dari Indonesia, khususnya Pulau Jawa,
kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan wilayah biogeografi Malesia.
Saat ini, sebagian besar budidaya temu lawak berada di Indonesia, Malaysia,
Thailand, dan Filipina tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula
di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan
beberapa negara Eropa. (Wikipedia)
Klasifikasi tanaman
temulawak
Klasifikasi tanaman temulawak
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Species
: Curcuma
xanthorrhiza Roxb
Kandungan Temulawak
Rimpang
temulawak segar mengandung air sekitar 75%. Selain itu rimpang temulawak juga
mengandung minyak atsiri (volatil oil), lemak (fixed oil), zat
warna/pigmen, protein, resin, selulosa, pentosan, pati, mineral, zat-zat penyebab
rasa pahit dan sebagainya. Kandungan berbagai komponen tersebut sangat
tergantung pada umur rimpang pada saat dipanen dan jika dibandingkan dengan
jenis curcuma yang lain maka temulawak memiliki kandungan minyak atsiri yang
tinggi (Herman 1985). Kataren (1988) dalam Sumiaty (1997) menyebutkan bahwa
komposisi rimpang kering temulawak (dengan kadar air 10%) terdiri atas pati (58,24%),
lemak (12,10%), kurkumin (1,55%), serat kasar (4,20%), abu (4,90%), protein (2,90%),
mineral (4,29%), dan minyak atsiri (4,90%).
Komposisi
rimpang temulawak dapat dibagi menjadi dua komponen utama, yaitu fraksi zat
warna dan minyak atsiri. Kurkuminoid merupakan zat pigmen yang menyebabkan
temulawak memiliki warna kuning. Selain pemberi warna, kurkuminoid juga
merupakan salah satu komponen temulawak yang memberikan khasiat farmakologis
seperti zat antiinflamasi dan memiliki aktivitas hipokolesterolemik. Menurut
Kim (2007) salah satu komponen minyak atsiri temulawak yang berperan penting
dalam memberikan efek farmakologis adalah xanthorrhizol.
Manfaat Temulawak
Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
merupakan salah satu jenis tumbuhan dari keluarga Zingiberaceae yang secara
empirik banyak digunakan sebagai obat, baik dalam bentuk tunggal maupun
campuran, yaitu sebagai hepatoproteksi, anti-inflamasi, antikanker,
antidiabetes, antimikroba, antihiperlipidemia, dan pencegah kolera. Khasiat
lainnya yang dimiliki oleh komponen kimia dalam temulawak adalah antibakteri,
antijamur, antioksidan, dan antilipidemia.
Kandungan
utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri yang
terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat
sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan
empedu). Temulawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah
penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti inflamasi (anti radang), laxative
(pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat
lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan
darah. (Wikipedia)
Nyoman Kertia (RS. DR.
Sardjito/Fakultas Kedokteran UGM) bersama Sudarsono
(Fakultas Farmasi UGM) dan kawan-kawan melakukan penelitian berjudul
“Pengaruh pemberian kombinasi minyak atsiri temulawak dan ekstrak kunyit
dibandingkan dengan piroksikam terhadap angka leukosit cairan sendi penderita
dengan osteoartritis lutut.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa piroksikam
maupun bahan uji yang terdiri dari kombinasi ekstrak rimpang kunyit dengan
kadar kurkuminoid 3,66 ± 0,65 % b/b dan 25 ml minyak atsiri rimpang temulawak yang
mengandung kamfora, kamfen, kurkumen, bergamoten germakren B, kurserenon,
germakron dan antorizol dengan kadar relatif xantorisol 27,64 ± 0,85 % dan
perbandingan kadar relatif antara kamfora dan kamfen 5,7 ± 1,3 tiap kapsul yang
diberikan 2 kali sehari, setiap kali 4 kapsul selama 15 hari mampu menurunkan
angka leukosit di dalam cairan sinovial penderita osteoartritis.
(Majalah Farmasi Indonesia, 16 (3), 155 – 161, 2005)
Prof. Dr.
Suwijiyo Pramono Apt
dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada menyatakan bahwa tanaman obat
temulawak ampuh untuk mengatasi kolesterol. Jika kolesterol jahat
berkurang, stroke pun dapat dicegah.
Setelah
meraih gelar doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Idrus Alwi
mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa pemberian zat kurkumin dari ekstrak
herba temulawak dan kunyit pada pasien penderita Diabetes Melitus dapat
mengurangi tingkat penyakit serangan jantung. Hal ini terbukti lewat
perkembangan pasien Diabetes Melitus yang peradangan jantungnya menurun hingga
40% dalam waktu satu minggu setelah diberi kurkumin. Dalam riset itu
membuktikan, kurkumin dapat mengurangi peradangan jantung pada pasien Diabetes
Melitus dengan sangat cepat.
Esther Juliana Stephani seorang
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melakukan
penelitian berjudul Aktivitas
Antiproliferasi Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.)
Pada Sel Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa Secara In Vitro. Hasil penelitian menunjukan adanya
aktivitas antiproliferasi ekstrak etanol temulawak pada kedua sel lestari
tumor. Konsentrasi ekstrak yang memberikan hasil paling baik pada sel tumor
YAC-1 adalah 75 ppm dengan aktivitas antiproliferasi sebesar 70%. Pada sel
tumor HeLa, konsentrasi ekstrak etanol temulawak yang memberikan hasil paling
baik adalah 75 ppm dengan aktivitas antiproliferasi sebesar 37.41%. Hasil
tersebut menunjukkan potensi temulawak sebagai tanaman yang memiliki aktivitas
sebagai antitumor.
Di
Aceh, temulawak dikenal dengan nama kunyit ketumbu, rimpangnya digunakan dalam
ramuan untuk penambah darah, atau untuk mengatasi malaria. Masyarakat
etnis Sakai di Bengkalis, Riau, menggunakan rimpang temulawak untuk penambah
nafsu makan, sedangkan masyarakat Sunda menggunakan rimpang temulawak untuk
mengobati sakit kuning dan mengatasi gangguan perut kembung.
Selain oleh masyarakat Sunda, rimpang temulawak juga digunakan dalam ramuan
sebagai obat penyakit kuning oleh masyarakat etnis Jawa, yang juga
menggunakan rimpang temulawak tunggal sebagai obat mencret. Masyarakat etnis
Bali menggunakan rimpang temulawak untuk mengatasi gangguan lambung perih
dan kembung, sedangkan masyarakat etnis Madura menggunakan rimpang temulawak
sebagai obat keputihan. Komunitas penggemar jamu gendong menggunakan
rebusan rimpang temulawak sebagai penguat daya tahan tubuh dari serangan
penyakit (Moelyono 2007).
Hasil
penelitian Kuntorini (2005)
menyebutkan bahwa di Banjar Baru, Kalimantan Selatan, temulawak merupakan
tanaman obat tradisional yang penting dengan kegunaan untuk mengobati
penyakit dalam dan menetralkan darah. Sumber pengetahuan masyarakat
di wilayah penelitian inipun sebagian besar diperoleh dari turun-temurun.
Berbagai
manfaat kesehatan temulawak lainnya yang telah dikenal dalam pengobatan
tradisional masyarakat Indonesia diantaranya untuk mengobati sakit perut,
sakit hati, demam, sembelit, obat malaria, sakit kencing, penyakit ginjal,
menenangkan dan mengembalikan kekejangan otot setelah bersalin (Sumiaty 1997; Kuntorini 2005), obat sakit maag, melancarkan saluran
pencernaan, obat gatal atau eksim, demam, mencret atau disentri, dan peradangan
dalam perut atau kulit (Darwis, Madjo Indo, dan Hasiyah 1992).
Manfaat kurkuminoid antara lain sebagai obat jerawat,
meningkatkan nafsu makan, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba.
(Purnomowati, Sri. 2008)
Tanaman temulawak memiliki kandungan flavonoid dan
minyak atsiri yang berpotensi sebagai antioksidan (Rachman et al. 2008). Di Indonesia satu-satunya bagian yang
dimanfaatkan adalah rimpang dari temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang
temulawak dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta antiinflamasi.
Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat,
meningkatkan nafsu makan, antikolesterol, antiinflamasi, anemia, antioksidan,
pencegah kanker, dan antimikroba (Rukmana
2008).
Menurut seorang guru
besar Universitas Padjajaran (UNPAD), berdasar hasil penelitian, ekstrak
temulawak sangat manjur untuk pengobatan penyakit hati. Di samping itu,
juga sudah terbukti bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan sel
hati. Semua khasiat itu adalah berkat adanya kandungan kurkumin, yakni zat
yang berguna untuk menjaga dan menyehatkan hati atau lever atau istilah
medisnya hepatoprotektor. Tidak heran, sebab komposisi kimia dari rimpang
temulawak adalah protein pati sebesar 29-30 persen, kurkumin satu sampai dua
persen dan minyak atsirinya antara 6 hingga 10 persen.
Kurkuminoid
antara lain berkhasiat sebagai antioksidan, antiinflamasi, antibakteri,
antihepatotoksik, antikolesterol, antikanker, dan antiplatelet agregasi (Sidik 2006), serta penginduksi enzim
glutation s-transferase, dan inhibitor produksi prostaglandin E2 (Sharma 2004).
Menurut Handler et al. (2007)
kurkuminoid dapat digunakan sebagai inhibitor selektif enzim siklooksigenase-1
(COX-1).
Peneliti
Jepang, Yamazaki, mematenkan
germakron, salah satu zat aktif pada temulawak, yang berkhasiat menekan
sistem syaraf pusat, pada 1987 di Jepang.
Pada
1997, Tanaka dari perusahaan Jepang
Shiseido, mematenkan temulawak untuk bahan pembuatan kosmetik, karena
dipastikan efektif menghambat enzim tirosinase, membuat kulit menjadi bersih
dan terlihat cerah.
“Zat aktif xanthorhizol untuk
membuat pasta gigi dipatenkan di Korsel. Yang menemukannya orang Indonesia,
yang kemudian diangkat menjadi warga kehormatan Kota Seoul,” kata Listyani Wijayanti, Staf Ahli Menristek
Bidang Teknologi Pangan dan Kesehatan. Dia merujuk pada Yaya Rukayadi, pengajar
dan peneliti di Universitas Yonsei, Korsel.
Selain sebagai pasta gigi, Yaya Rukayadi pria kelahiran Sumedang,
Jawa Barat, pada 17 Agustus 1964 itu, berhasil menemukan fungsi temulawak
sebagai antiketombe, serta untuk mengobati kanker.
Temulawak yang merupakan tanaman asli dari Indonesia ini ternyata memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan.
BalasHapus